Puisi

Membaca Kata-Kata Di Layar Ponselmu

Aku memutuskan kembali ke masa lalu

Menulis pikiranku dengan tinta dan kaku buku

Sebab,

Aku tak meraba rasa saat melihat kata-kata di layar ponselmu

Aku memilih untuk lelap berpuluh tahun lalu

Tenggelam dengan buku dan kaset pitaku

Sebab,

Aku tidak menikmati hal yang nampak namun terasa tiada

Aku tahu tulisanku berwajah buruk

Namun pena dan tanganku memilih nasib mereka sendiri

Sebab,

Mataku sembab membaca kata-katamu

Yang nampak dan ada namun tawar serta serasa fana.

Standar
Puisi

Buku Sakumu

Buku sakumu belum juga habis

Kau sudah beli buku baru lagi

Dirimu belum juga habis

Kau bisa menulis lagi

Seperti mengeringkan tinta pena

Namamu seperti cawan yang sama sekali 

Bukan piala,

Pikiranku kau acak-acak seenakmu

Akupun akan menulismu sesukaku.

Standar
Puisi

Yeezy Season Zine: Rebel Sells Proof

ivestego

tumblr_nif536ap4l1tfnotio1_1280

“Yoo Yeezy gue brooo”, merupakan sebuah bercandaan yang sangat viral dalam pergaulan Youtube, dan mungkin pengguna internet, terutama di Indonesia pada penghujung tahun 2016. Sebuah slapstick yang muncul karena salah satu akun Youtube bernama ‘Hatihatidiinternet’ ini merombak potongan vlog dari seorang stand up comedian bernama Kemal Palevi. Dengan adanya bahan bercandaan yang sangat goes viral ini, masyarakat semakin mengenal Yeezy sebagai salah satu produk dari Adidas. Dari yang digandrungi Hypebeast Kids, dan kini viral pada masyarakat internet Indonesia.

Hal yang paling menarik dari kemunculan produk ini adalah memunculkan banyaknya probabilitas dalam memodifikasi fungsi komoditas tersebut. Adidas sebagai sebuah brand tidak hanya menjual sepatu dan barang-barang olahraga, ada probabilitas lain yang diambil oleh mereka. Adam Smith pernah menuliskan mengenai kebutuhan penjual dalam meraup segala keuntungan, bahkan membuka setiap celahnya meskipun celah tersebut dapat dibilang tidak pantas. Tapi perihal profit tidak ada yang pantas dan tidak pantas, karena segalanya…

Lihat pos aslinya 646 kata lagi

Standar
Puisi

Lali

semuanya baik, 

benar-benar sungguh baik.

aku masih seperti dulu

menyapa hari saat semuanya istirahat.

semuanya baik,

benar-benar sungguh baik.

kamu masih seperi dulu

senyum selebar lidi dan dahi mungil yang diselimuti rambut panjangmu.

semuanya baik,

yang tak baik adalah tak mensyukuri apapun yang kerap tak baik.

Standar
Puisi

21 Kemurungan

Tidak ada hal yang lebih menyebalkan selain hujan yang jatuh tepat di hari lahirmu.

Di umur ke duapuluh satu semuanya semakin biru dan nampak sangat abu-abu.

Aku benar-benar berharap tidak ada perayaan apapun untuk setiap hari kelahiranku.

  Aku akan tetap menjadi bocah yang pemurung, sungguh pemurung.

  Aku benci menjadi bahagia. Kepala dua di tahun lalu dan bertambah satu di hari ini membuatku lebih muram.

Hidup menuntunku pelan-pelan menjadi bukan aku.

Aku kalut saat hujan turun di hari lahirku.

  Seandainya bisa, Aku ingin mati suri tepat di dini hari di hari lahirku.

Perihal tanggal, bulan dan tahun itu hanya potongan tipuan yang kita tulis di kartu tanda pengenal kita.

Kau boleh-boleh saja menganggapku sebagai anak yang tak tahu diri.

Sebab kau berpikir tak akan ada orang yang membenci hari kelahirannya selain aku.

Dan aku sama sekali tidak tersinggung akan hal itu.

Aku hampir malu setengah mati di lahirku sendiri.

Sebab, besok-besok atau lusa aku harus bertemu dengan manusia-manusia yang bahkan aku tak tahu harus memasang tampang seperti apa.

Kau boleh-boleh saja, berbicara bahwa aku bocah yang sama sekali tak pernah riang.

Lagi pula kemurungan sudah tumbuh subur di tiap jengkal badanku.

Semua orang sepertinya hidup dalam kemurungannya masing-masing 

Hanya saja

  Sangat jarang kutemui satu dari mereka yang bangga memeluk kemurungannya.

Semuanya tampak buruk bagiku bahkan di hari lahirku sendiri.

Ah, Sial

Hujan masih turun

Dan umur semakin tumbuh subur

Ada baiknya aku segera tidur.

Standar
Puisi

Untuk Anakku dan Keturunanmu

Seperti gedung-gedung yang menjulang tinggi

Lampu-lampu redup atau terang itu hanya menyala

Menyala. 

Hanya menyala tak menyela dengan bersuara

Kelak, kota akan memaksamu untuk mati memenuhi apa yang bukan inginmu.

Seperti daun-daun yang ranggas, kering dan layu

Hama tanah akan segera merubahnya menjadi kecambah.

Lalu, untuk anakku.

Biar aku saja yang hidup tak bernyawa

Kedepannya,

Kudoakan engkau hidup dalam inginmu, pikirmu dan segala cita serta cintamu.

Standar
Puisi

Serupa

ada serupa batu diantara kamu dan aku 

yang tebal, terangkai padat namun menyekat.

ada serupa kamu diantara aku dan serat-serat hatiku.

yang tak terurai, tersimpul rapi namun melukai.

ada serupa aku diantara kamu dan bait doamu

yang terharap, teduh namun seringkali juga gaduh.

ada serupa aku dan kamu dalam batu

yang kita taruh dalam harapan utopis dan semu itu.

Standar